Krisis dapat diartikan sebagai suatu
kondisi yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang dapat menyebabkan keadaan
fatal terhadap individu maupun organisasi, namun dapat menjadi peluang
meningkatkan kemampuan individu maupun organisasi. Krisis itu membawa korban,
tidak hanya fisik tapi juga hati. Krisi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam
bekerja.
Krisis itu terjadi
tidak hanya kepada satu orang tapi meluas kebanyak orang. Krisis itu dapat
menimbulkan rasa cemas. Dapat diibaratkan seperti virus yang mudah menyebar dan
meluas. Krisis jika dapat dikelola dengan baik maka akan dapat meningkatkan
solidaritas antar karyawan, karyawan dengan atasan, dan juga sebaliknya.
Karena dengan adanya
suatu krisi, maka setiap orang akan belajar, memiliki pengalaman baru,
mengetahui karakter karyawan yang lain, dengan begitu mereka memiliki
ketangkasan dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu krisi juga
dapat membuat karyawan berfikir lebih, mampu menghadapi konflik, dan juga dapat
menyelesaikan konflik. Dan yang paling penting dengan adanya krisis dapat
mengeluarkan karyawan dari comfort zone,
hal ini penting demi mengasah kekreatifan dari karyawan itu sendiri.
Tidak hanya itu,
konflik juga dapat membuat suasana menjadi terbuka, membaur, saling pengertian
dan semakin baik. Terjadinya sebuah konflik, dapat memunculkan seorang
pahlawan, yang dapat memecahkan dan mengatasi kendala atas masalah tersebut.
Dan biasanya pahlawan dalam perusahaan adalah PR J
Krisis itu seperti
penyakit, menyerang tapi tidak datang secara tiba-tiba. Pasti memiliki
tanda-tanda. Jadi ada tahapan gejala-gejala dari krisis tersebut, misalnya
kinerja karyawan menurun, sering absen, tidak saling menyapa, dan juga
timbulnya kasak-kusuk dan juga gosip, selain itu juga terjadinya cekcok antarkaryawan.
Adapun tahapan-tahapan
krisis, antara lain :
1.
Tahap Prodormal : Tahap
ini adalah tahap awal dari krisis. Dimana tanda-tandanya seperti karyawan yang
tiba-tiba sering absen, munculnya selebaran gelap, sms-sms provokator, perilaku
karyawan yang berubah, dan timbulnya rumor-rumor. Tidak hanya itu tanda-tanda
yang dapat dirasakan juga munculnya sms-sms yang membicarakan tentang keburukan
pimpinan yang belum dapat dipastikan kebenanrannya. Tahap ini biasanya tidak
tampak, tidak terlalu terasa munculnya, dan biasanya dalm jangka waktu yang
lama. Jika melihat adanya gejala-gejala atau tanda-tanda seperti yang telah
disebutkan, harus cepat dalam mengambil langkah. Putuskan bagaimana cara
pencegahan dan penanganannya agar tidak meluas. Tapi jangan terlena, jika tidak
menemukan gejala-gejala seperti yang telah disebutkan seorang PR harus tetap
melakukan audit komunikasi, agar dapat memastikan apakah keadaan perusahaan,
keadaan karyawan baik-baik saja, karena harus diingat tahap ini tidak terlalu
terlihat.
2.
Tahap Akut :
Ini meruapakan tahap kedua. Dalm tahap
ini sudah terjadi krisis dan aksi. Dimana, sudah adanya kryawan yang demo,
eksodus (keluar dari perusahaan dalam jumlah yang banyak), perkelahian, adu
kekuatan fisik, sampai merusak peralatan perusahaan contohnya mesin dan
alat-alat produksi lainnya. Dalam tahap ini tidak dapat mundur lagi, karena
sudah terjadi. Kerusakan, reaksi, itu tidak hanya terjadi pada internal
perusahaan teteapi juga eksternal, contohnya media.
3.
Tahap Kronis : Tahap
ini adalah tahap ketiga, dimana krisis sudah agak mereda, dalam tahap ini
perusahaan menghitung keruguan dan kerusakan yang terjadi, dan juga korban jiwa.
Dari adanya krisis dapat merugikan perusahaan contohnya kesengsaraan lanjutan,
yaitu perusahaan tidak bisa beroperasi karena mesin yang diandalkan untuk
produksi rusak, jika tidak memproduksi maka perusahaan tidak mendapatkan uang.
Dan pada akhirnya karyawan juga ikut rugi, dan juga suasana akan tidak nyaman.
Dan dari krisis juga dapat menimbulakan permasalahan jangka panjang atau
longterm. Penanganannya adalah perusahaan harus cepat menentukan soluasi dan
mengambil keputusan. Karena jika penanganan tidak cepat dan tepat atau salah
langkah maka akan berdampak lebih buruk lagi.
4.
Tahap Resolusi :
Ini meruapakan tahap yang terakhir yaitu tahap penyembuhan. Jadi perusahaan
sudah mendata seluruhnya, mulai dari berapa jumlah kerusakan, kerugian
perusahaan, atau sudah mengetahui tuntutan dari karyawan. Di tahap resolusi
jika tidak pas, tidak baik, makan akan memunculkan krisis yang baru. Dan
siklusnya kembali berjalan, tidak terputus.
Untuk perusahaan
yang mengalami krisi langkah atau tahap yang baik dan tepat adalah dari tahap
prodromal langsung ke tahap resolusi. Jadi, tanpa melewati tahap akut dan tahap
kronis.
Hal-hal yang penting
dalam krisi adalah dapat terjadi kepada siapa saja dan kapan saja, dapat
menyebabkan kerugian, dan dapat juga mendatangkan keuntungan contohnya
meningkatnya solidaritas didalam internal perusahaan. Jika penyelesaiannya
baik, tidak salah langkah maka akan menimbulkan kreativitas, meningkatkan
inovasi, dan juga semangat dalam bekerja.
Cara-cara dalam
mengelola krisis. Tujuan dari pengelolaan krisi adalah agar perusahaan atau
indivisu dapat menjalankan fungsinya seperti sebelum terjadinya krisis. Adapun
langkah-langkah dalam mengelola krisi, yaitu
·
Identifikasi
krisis : Mulai mencari tahu dan mengidentifikasi krisi tersebut
· Analisa krisis :
Cari tau penyebab dari krisis tersebut
·
Isolasi krisis :
Kalu perlu berhenti produksi, berhentikanlah. Fokus kepada mencari siapa
provokator dari krisis tersebut
Pilihan Strategi
·
Defensive yaitu
mengulur waktu, tidak melakukan apapun, dan bentengi dengan undang-undang
·
Adaptive yaitu
bersifat langsung, peraturan ada yang berubah, lemburnya dikurangi, kebijakan
perusahaan diubah atau dimodifikasi operasionalnya, atau kompromi dan
meluruskan citra
·
Dinamik yaitu
menyeluruh tentang semua operasional perusahaan dan juga dapat mengubah
karakter perusahaan, misalnya perusahaan yang awalnya dikenal lembekmenjadi
tegas.
·
Pengendalian
yaitu jangan sampai krisis meluas, dan berusaha untuk tidak terulang lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar